Selasa, 20 Desember 2016

Dunning-Kruger Effect: Mengapa Pandu Wijaya Dan Pemuda Lainnya Berani Menghina Gus Mus


   NLP in actionPsikologi


Lagi lagi kisah menghebohkan kembali lagi menyeruak di tengah hiruk pikuk kasus penistaan agama ahok. Bermula dari Twit KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) yang merasa prihatin saat mendengar rencana Shalat Jumat di Jalan Raya saat demo lanjutan 2 Desember 2016.
Tentu saja beragam pendapat bermunculan setelah twit Kiai Nahdlatul Ulama berumur 72 tahun itu tersebar di sosial media, tapi yang tidak disangka-sangka ada “tiga pemuda” yang entah darimana dengan arogannya menghina gusmus.
Bahkan ada yang sampai bilang “ndasmu” ke GusMus. Wahhh… ucapan yang sangat kasar meski untuk saya (yang tiap hari ngomong kasar, maklum orang surabaya ;p)
Tapi ada satu hal yang menurut saya keren dari Gus Mus, Alih alih marah dan membalasnya justru Beliau sudah memaafkannya bahkan sebelum pemuda itu memohon maaf
Ya…. kita bisa belajar kebesaran hati Gus mus
Untuk memberi tanggapan sih rasanya tidak masalah, karena itulah indahnya demokrasi dan Saya juga bukan orang yang suka memuja-muja seseorang kadang memang seseorang butuh untuk diingatkan.
Tapi bukan itu yang menjadi perhatian saya, yang membuat saya tertarik adalah kenapa pemuda – pemuda “biasa” itu sampai berani-beraninya menghina Gus Mus soal agama yang jelas-jelas merupakan seorang tokoh agama dari NU.
Sebuah kalimat yang merepresentasikan benak anda juga bukan ? .
Dan bukan hanya itu, sebenarnya ada beberapa kasus pemuda lain yang juga menghina tokoh besar bangsa, misalnya Kasus Buya Syafii Maarif.
mengapa Pemuda “biasa” itu sebegitu beraninya menghina tokoh bangsa itu, apakah mereka tidak sadar bahwa tokoh-tokoh ini sudah bertahun-tahun mempelajari agama jauh lebih lama dan lebih kompeten daripada dia?
Kenapa demikian?
Pertanyaan besar nan menguras tenaga ini terjawab oleh penelitian yang dilakukan David Dunning dan Justin Kruger pada tahun 1999. Penelitian itu berjudul “Unskilled and Unaware of it: How difficulties in recognizing one’s own incompetence lead to inflated self assesments.”
Hasil penetian ini membawa sebuah pemahaman baru tentang manusia dan segala bentuk presepsinya, sehingga tak heran penelitian ini akhirnya mendapat hadiah nobel di bidang psikologi pada tahun 2000,.dan fenomena ini dikenal oleh istilah Dunning-Kruger Effect
Yang membuat lucu karena Penelitian ini terinspirasi oleh perampok bank terbodoh sepanjang masa bernama McArthur Wheeler yang sangat over-confidence terhadap kemampuannya dan pengetahuanya terhadap cairan sari lemon
Wheeler mengetahui bahwa sari lemon bisa digunakan sebagai invisible ink atau tinta tidak terlihat dan baru bisa dilihat hanya ketika dipanaskan, sehingga dia yakin bisa membuat wajahnya tidak terekam kamera keamanan jika dia mengoleskan sari lemon ke wajahnya.
Bahkan dia juga mencoba triknya ini dengan cara mengambil selfie dengan camera polaroid miliknya, dan hasilnya luar biasa. Hasil fotonya ngeblank !! Entah kenapa demikian, antara kertas polaroidnya yang bocor, atau dia tidak bisa menggunakan kamera polaroid (Mungkin dia juga tidak sadar bahwa dia tidak kompeten dalam menggunakan kamera).
Bermodalkan trik itu,akhirnya dia merampok dua bank di Pittsburgh pada tahun 1995 dengan penuh percaya diri. “Aku akan jadi pencuri tersukses dan tercerdas yang pernah dicatat sejarah”pikir Wheeler dalam hati sambil membayangkan nikmatnya kekayaan yang melimpah ruah.
Namun tentu saja malam harinya pada hari yang sama, Wheeler ditangkap dan ketika diperiksa oleh polisi, reaksi Wheeler sangat terkejut dan masih tidak percaya bahwa rencana briliannya bisa gagal.
Cerita nyata nag menggelitik itu sampai ke telinga 2 peneliti dan menginspirasi mereka. Pertanyaan besarnya saat itu adalah “Wheller punya kepercayaan diri, tapi jelas dia tidak punya komptensi yang cukup, tapi mengapa dia begitu sangat yakin bahwa dia kan sukses“
Sama seperti kasus diatas, pemuda biasa itu punya kepercayan diri, tapi jelas dia tidak punya kompetensi yang cukup dibandingkan dengan Gus Mus, tapi mengapa dia begitu berani untuk menghina Kiai besar tersebut ??
Dari proses yang panjang penelitian itu, akhirnya terjawab sudah pertanyaannya. Ternyata seringkali orang yang tidak kompeten mengalami bias kognitif sehingga tidak bisa menilai secara akurat kompetensi sesungguhnya dari mereka.
Sebegitu bodohnya mereka sampai mereka tidak kompeten untuk menilai kemampuan mereka sendiri. Karena itu akhirnya membuat mereka sangat percaya diri dan menganggap bahwa dirinya lebih baik dan lebih hebat daripada orang lain pada umumnya. Bahasa surabayanya mungkin “kementus”
dunning-kruger
Sumber: http://humancapitaljournal.com/data/wp-content/uploads/2014/10/Dunning-kruger.jpg
Dari grafik diatas, anda bisa melihat dengan terang benderang, bahwa justru orang yang tidak punya pengalaman (Kompetensi) mempunyai tingkat kepedean yang tinggi.
Tapi semakin dia mulai belajar dan berpengalaman maka berangsur angsur kepercayaan dirinya akan semakin menurun karena menyadari bahwa dia tidak sekompeten itu. “Susah ternyata mas !”
Sama persis seperti kasus pemuda-pemuda yang sering menghina tokoh-tokoh besar di facebook, twitter dan sosmed lainnya. Sebegitu bodohnya mereka sehingga mereka over estimate terhadap kompetensinya dan kelebihannya.
Sebuah realita yang cukup mengecewakan, tapi yaaaaa beginilah hidup
Dunning Kruger Effect: When Someone Is So Incompetent That They Believe They Are Exceptionally Skilled

Dunning-kruger Effect dalam kehidupan sehari-hari: Antara Indonesian Idol, Komentator Sepakbola, dan Demo mahasiswa

Dalam kehidupan sehari hari, kita sering melihat banyak kasus dunning-kruger effect ini, kasus paling gampang nan menghibur adalah kasus Indonesian Idol dan ajang pencarian bakat lainnya.
Anda perhatikan, entah mengapa disetiap sesi indonesian idol selalu ada orang-orang yang jelas suaranya kacau balau sampai memecahkan gendang telinga namun tetap dengan pede mengikuti indonesian idol.
Dia yang suaranya jelek justru tidak pernah menyadari kejelekan suaranya, dan begitu kecewa ketika ditolak Bahkan sebagian malah marah besar ketika dia ditolak.
Saya sering menemui orang yang kecewa berat gara-gara timnas sepakbola kita kalah. Kemudian mereka menggoblok-goblokan pemain yang kurang lihai, kurang ada tenaganya, hingga sang pelatihnya pun tak luput untuk di “goblok-goblokan”
Dalam hati saya berkata “halaaahhh, tanding futsal antar kampung aja belum tentu menang kok pake ngata-ngatain timnas kita yang jelas jelas lebih hebat dari dia”. Kemudian saya senyum senyum sendiri begitu sadar mungkin mereka sedang terkena Dunning-Kruger Effect
Ahhh tiba-tiba saya jadi teringat beberapa tahun lalu saat masih aktif di organisasi kampus. Ada teman saya yang ikutan demo dan menjelek-jelekkan pemerintah saat itu “Dasar bodoh, tidak becus mengurus negara” Teriak dia penuh semangat saat berorasi.
Dalam hati saya ketawa, boleh sih demo karena itu bagian demokrasi tapi kalau sampai berkata kasar gitu apa tidak sadar diri, lah wong dia ngurus organisasi sekecil kampus aja gak becus pake membodoh-bodohkan pemerintahh yang harus ngurus satu negara -__-. Lagi lagi Dunning-Kruger Effect everywehere
Mungkin bawahan yang sering ngomel-ngomel terhadap kebijakan anda jangan-jangan juga terkena Dunning-Kruger Effect atau, malahan jangan-jangan anda sendiri yang terkena Dunning Kruger Effect, gara-gara sering ngatain bos gak becus ngurus perusahaan. Lah anda sendiri sampai sekarang masih jadi karyawan kok,  beda dengan bos anda yang sudah punya perusahaan, jangan jangan anda tidak sekompeten yang anda pikirkan
Guys, Dunning-Krugger is everywhere ðŸ™‚
https://cdn.meme.am/instances/500x/63587824

Cara Supaya Terhindar Dari Dunning Kruger Effect

Ada satu berita bagus untuk anda, karena dengan cerdiknya anda saat ini membaca artikel diblog teknologi pikiran bahkan mendownload ebook gratis yang disediakan, sehingga membuat anda lebih sadar terhadap fenomena ini dan fenomena lainnya, misalnya apa yang terjadi dengan kasus ahok .
Suatu saat ketika anda mulai merasa sudah menjadi master dan mumpuni dalam sebuah kompetensi dan sampai ada keinginan untuk menjelek-jelekan orang lain mungkin saat itu juga anda sedang terjangkit Dunning kruger effect
Enggak, saya gak mau jadi orang yang sok tahu, saya tidak mau keliatan kementus
Bagaimana cara menghindarinya ?
Santai… rilekss
Beruntungnya, dalam hasil penelitannya juga, Dunning – Kruger menyatakan bahwa orang yang tidak kompeten akan mengenali dan mengakui kekurangannya bila mereka mengikuti training terkait keahlian tersebut lebih dalam lagi.
Anda bisa lihat di grafik diatas bahwa ternyata semakin anda terus belajar dan menambah wawasan ada, maka penilaian anda terhadap kompetensi anda akan semakin tepat dan akurat.
Teruslah mengasah kompetensi anda, pelajari apapun itu yang membuat wawasan anda  bertambah luas dan ketrampilan anda semakin cetar membahana
Contohnya, Bagi anda yang sudah merasa puas dengan skill menjual, jangan pernah merasa hebat dan jumawa karena mungkin saat itulah anda sebenarnya terkena Dunning-Kruger Effect. Alih-alih merasa puas, teruslah belajar banyak hal baru lainnya, seperti Belajar Hypnoselling (yang kebetulan caranya bisa anda lihat diblog ini juga).
Menariknya, meskipun banyak alumni kami yang sudah mempunyai pengalaman bertahun-tahun menjual tapi tetap saja menemukan banyak hal baru. Alumni kami jadi mengerti struktur penjualan dengan jelas, mengetahui cara kerja pikiran manusia sehingga bisa ditembus dengan sangat mudah, mengerti secara psikologi mengapa sebuah teknik penjualan bisa efektif untuk digunakan  sehingga alih-alih menggunakannya secara membabi buta, banyak alumni kami yang secara sadar menggunakan setiap teknik, karena sudah tahu caranya.
Ujung-ujungnya tingkat penjualan semakin melejit. Kabar terakhir bahkan ada alumni peserta yang baru saja dealing 2 Milyar, gilaaa !!! *alumni pasti tahu siapakah dia
Akhirnya dengan memahami fenomena Dunning-Kruger Effect ini makna Pribahasa “Kejarlah lmu sampai ke negeri cina” menjadi semakin dalam bagi kita, tidak lain tidak bukan supaya kita tidak terjebak dalam ilusi ini.
Akhirnya kita juga sadar bahwa pemahaman ini membuktikan kearifan-kearifan lokal budaya kita yang tercemin dalam setiap peribahasa seperti “Tong kosong nyaring bunyinya”, atau“orang itu seperti padi, semakin berisi biasanya semakin merunduk”
Di akhir artikel saya ingin mengutip kata William Shakespeare yang legendaris,
dalam dramanya berjudul As You Like It dia pernah berkata bahwa,
“orang bodoh merasa dirinya bijak, tapi orang bijak merasa dirinya bodoh.”
Ya.. mungkin memang seperti itu adanya.

Salam terbaik untuk anda
Human mind Specialist

Zain ambi


Sumber : Teknologipikiran.com

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar Anda