Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi Memberi hormat Kepada Guru-Guru Seluruh Indonesia.

Seminar Nsional IGI Gresik

Seminar Nsional IGI Gresik, 15 Mei 2016 di Auditorium Universitas Muhamadiyah Gresik

Maulid Nabi

Maulid Nabi Muhammad SAW di SMA Negeri 1 Menganti Gresik

Kegiatan SAGUSATAB IGI GRESIK

Pelatihan Optimalisai Penggunaan TAB Samsung A8

Kegiatan SAGUSABU

Launching Buku Catatan Cinta Untuk Ibu di LPMP Jatim

Hari Guru Nasional

Foto Bersama Siswa Setelah Upacara Peringatan Hari Guru Nasional di SMAN 1 Menganti Gresik

Kemah Karakter Bangsa

Kemah Karakter Bangsa di Malang Jawa Timur

Kamis, 29 Agustus 2019

KU BERMUNAJAT DI RAUDHAH

Ya Allah, Yang Maha Menyaksikan 
Aku berusaha masuk ke makam Rasululloh 
Berdesakan dengan susah payah 
Ya Allah, berikanlah aku waktu dan ruang untuk sholat di Raudhah ini 
Aku salah satu dari ummat yang amat dipikirkan Rasul ketika ia akan dipanggil Allah 
Ummati-ummati, katanya
Aku bergayut menempel  di jejakmu, ajaranmu, berenang dalam sunnahmu 
Mencari-cari terus mencari 
Aku solat dua rakaat, aku meminta disampaikan langkahku 
Ke Raudhan Aku pandangi , aku mencari-cari Tiang atau Ustuwanah Aisyah Tiang Al Wufud Tiang Al Muhlakah Tiang As-Sarir Tiang Al Haris dan Al-Muhris 
Aku tak tahu dimana letaknya Aku terdorong kiri-kanan muka-belakang 
Ribuan orang berebut mendekat ke makam Rasululloh 
Berdesakan, ya Allah ada yang saling sikut 
Aku tak kuasa Aku tersingkir 
Begitu dekat aku dengan Raudhah 
Tapi aku belum diterima, ini hari pertama aku di Masjid Nabawi 
Malam harinya aku memohon dengan sepenuh hati padaMu Allah 
Aku awali dengan sholat, sujud, doa, meminta, karena aku sudah berada di kawasan Raudhah 
Tak mungkin Engkau tak mendengar permohonanku 
Ya Allah:
 Karena Kau Maha Tahu, Maha Pengasih, Maha Pemberi Maha Kuasa dengan segala firmanMu 
Ya Jabbar 
Dan aku amat ingin memanjatkan doa dan solat di Raudhah 
Tempat makam Rasululloh SAW yang mengembangkan risalahMu 
Yang menerangkan kegelapan zaman 
Yang membawa langkah kami ke sini 
Ke sini Ya Rahim, maka Engkau pasti mengijinkan mauku 
Untuk berada di Raudhah 
Bahkan tempat sahabatku ingin berkirim salam padanya 
Ya Allah, jejakku sudah berada di karpet hijau 
Aku berada di antara mereka Sujud di Raudhah 
Aku berdoa dengan sejuta permintaan 
Menyatu padaMu dalam aliran airmataku Ya Allah .. 
Ya Allah Maha Besar Engkau.  
Ya Allah Aku berada di antara mimbar dan makam Rasululloh SAW 
Di taman di kebun surga Beliau SAW bersabda: 
Tempat di antara kuburku dan mimbarku adalah Raudhah di antara beberapa kebun surga. 
Mimbarku ini berada di atas telagaku. 
Ya Allah tolong tetapkan istiqomahku 
Kelak aku dan seluruh keluargaku ingin minum dari air telaga itu. 
Ya Allah…Ya Robb 


Madinah, 27 Dzulhijjah 1440 H Pukul 20.07 Waktu Madinah

Tawaf Wada'

Ya Allah:
Setelah 33 hari di Tanah Suci
Setelah lima Jum'at di Makkah
Berat rasanya perpisahan ini 
Ya Allah: 
Dengan berurai air mata
Kami tinggalkan Baitullah
Terima kasih atas jamuan yang indah 
Semoga semakin menguatkan cinta kami 
PadaMu Yang Maha Suci, 
dan 
Berikanlah kami kesempatan untuk kembali hadir ke Baitullahmu 


Mekkah, 25 Dzulhijjah 1440 H

Di Jabbal Rahmah

Ketika Adam dan Hawa bertemu kembali.
 Meski di bukit gersang ini.
 Cinta dan rindu mereka yg telah tercerai.
 Seketika tumbuh mekar lagi.
 Dan di Jabbal Rahmah yang penuh berkah ini.
 Kami meneguhkan kembali Cinta dan janji kami.
Agar tetap terus bersemi.
Sampai di Surga Nanti
 Jabal Rahmah, 27 Juli 2019

MENJUAL DUNIA DEMI MEMBELI AKHIRAT

Keberadaan Madinah sebagai cikal bakal kejayaan Islam, tak lepas dari kiprah sahabat Mush'ab bin Umair. Mush'ab merupakan keturunan bangsawan Qurays. Muda, kaya raya, tampan rupawan, selalu berpakaian mewah, badannya pun wangi. Lelaki sempurna. Tak ada orang Mekkah seperti dirinya. Saat Islam datang, Allah menurunkan hidayah kepadanya. Dia rajin mengikuti halqah pembinaan Nabi secara sembunyi-sembunyi di rumah Al-Arqam, dekat bukit Shafa. Hasilnya, dia berkembang menjadi sosok cerdas berwawasan luas. Ketika keluarga memergoki keislamannya, Mush'ab dikurung di rumahnya. Tanpa makanan dan pakaian layak. Siksaan fisik juga diberikan, hingga kulitnya mengelupas. Tapi cahaya iman telah menancap kuat di dada. Mush'ab bersikukuh pada keislamannnya. Dia lebih memilih menanggalkan semua kenikmatan dunia yang ditawarkan keluarganya, demi tetap bisa membela Allah dan Rasul-Nya. Allahu Akbar. Tanpa pakaian mewah, yang melekat di badan Mush'ab hanyalah burdah (sejenis kain kasar). Pernah ketika melihat Mush'ab lewat, Nabi pun menangis teringat akan kenikmatan yang dulu dia dapatkan sebelum memeluk Islam. Mush'ab dipilih Nabi untuk mengenalkan Islam di Madinah (dulu bernama Yatsrib), sebelum beliau hijrah. Hasilnya, penduduk Madinah berbondong-bondong masuk Islam. Menurut Al-Barra, Mush'ab itu seperti "rajulun lam ara mitslahu ka annahu min rijal al-jannah" (seorang laki-laki, yang aku belum pernah melihat orang semisal dirinya, seolah dia lelaki dari kalangan penduduk surga). Mush'ab juga pembawa bendera Islam di medan peperangan. Dia gugur pada Perang Uhud di usia 40 tahun, bersama 70 syuhada lainnya. Jasadnya ditemukan dalam keadaan menyedihkan. Tak ada kafan cukup untuk menutupi jasadnya, kecuali sehelai burdah. Jika ditutupkan kepala, terbuka kedua kakinya. Sebaliknya, bila yang ditutupi kaki, terbukalah kepalanya. Nabi memerintahkan menutup kepalanya, sementara kakinya ditutupi rumput. *** Apa yang terjadi pada diri Mush'ab bin Umair sangat berkebalikan dengan fakta kebanyakan masyarakat saat ini. Jika Mush'ab ikhlas menanggalkan kemewahan dunia demi bisa membeli kebahagiaan akhirat, sekarang banyak orang justru rela *menggadaikan agamanya demi harta yang sedikit*. Naudzu billah min dzalik. Di sini, di Jabal Uhud, kita diingatkan kembali untuk meneladani apa yang telah dicontohkan sahabat pilihan. Assalamu alaika ya Mush'ab bin Umair, ya qaidal mukhtar. Ya man atsbata qadamaihi 'ala ar-rimahi hatta ataahul yaqiin. (Salam sejahtera atasmu wahai Mush'ab bin Umair, wahai pahlawan pilihan, yang meneguhkan kedua kakinya di atas Bukit Rimah sampai ia gugur). Jabal Uhud Madinah, 29 Agustus 2019

PENGANTIN SATU MALAM YANG DIMANDIKAN MALAIKAT

Inilah saat yang dinantikan. Malam pertama sempurna bagi sang pemuda. Bersama wanita yang baru dinikahinya. Berdua mereka memadu kasih. Di malam indah itu. Mereguk manisnya cinta. Seperti tak ingin pagi datang menjelang. Tapi, mendadak ada seruan. "Hayya 'alal jihad... hayya 'alal jihaaaaad". Itu panggilan jihad. Kesempatan yang juga telah lama dinantikannya. Dengan penuh harap. Handzalah, nama pemuda itu, langsung lompat meninggalkan ranjang pengantin. Padahal di sana ada Jamilah, istri yang siap memberinya sejuta kenikmatan. Cinta besarnya pada Allah, telah mengalahkan cinta kecilnya pada istri terkasih. Setelah mengenakan baju perang yang telah lama disiapkannya, Handzalah langsung bergabung barisan tempur kaum muslimin. Siap menghadang pasukan Kafir Qurays yang datang menyerang Madinah. Menuntut balas atas kekalahan mereka dalam Perang Badar sebelumnya. Peperangan sengit tak terelakkan terjadi di Uhud. Karena jitunya strategi Rasulullah sebagai komandan perang, pasukan kafir yang jumlahnya lebih besar itu pun dibuat kocar-kacir. Tapi, kemenangan yang sudah di depan mata itu buyar seketika akibat ketidakpatuhan pasukan pemanah pada perintah sang komandan (selanjutnya baca catatan ke-5: Kemaksiatan Pangkal Kekalahan). Adapun Handzalah, tetap bertarung dengan garang. Dia hanya menghindari agar jangan sampai berduel dengan ayahnya sendiri, Abu Amir, yang berdiri di barisan kafir, demi menghargai jasa sang ayah. Handzalah mengincar Abu Shufyan, pemimpin utama pasukan kafir Qurays. Menurutnya, jika pemimpinnya bisa dikalahkan, itu akan melemahkan kekuatan pasukan musuh. Kaki kuda Abu Shufyan telah patah diterjang pedang Handzalah. Tinggal sekali tebas, pemimpin kafir yang sudah jatuh tersungkur itu bakal binasa. Tapi, mendadak muncul Syaddad bin Aus (yang saat itu masih kafir) dari arah belakang. Dia menghunjamkan senjatanya ke punggung Handzalah. Sang pengantin satu malam itupun syahid seketika. Usai kekalahan perang Uhud itu, para sahabat mengumpulkan jasad syuhada untuk dimakamkan. Tapi, tidak ada Handzalah. Jasad sang pemuda baru ditemukan di tempat yang agak tinggi. Yang aneh, dari tubuhnya masih menetes air. Tanah di situ pun basah. Sahabat ditugasi Nabi menggali informasi apa yang sebelumnya dilakukan Handzalah. Dari sang istri didapatkan jawaban, bahwa saat mendengar seruan jihad itu Handzalah langsung meninggalkan ranjang pengantinnya dengan masih dalam keadaan junub. Nabi menjelaskan, itulah penyebab para malaikat memandikan jenazahnya. Handzalah pun dijuluki Ghasilul Malaikat (lelaki yang dimandikan malaikat). *** Kisah ini kembali terngiang-ngiang di telinga, ketika saya mengikuti tour KBIH Semen Indonesia ke Jabal Uhud pada hari ketiga di Madinah (29/9). Ada 70 syuhada di pemakaman Uhud. Kaum muslimin yang tengah menjalankan ibadah haji atau umrah dianjurkan berziyarah ke makam syuhada ini. Sebab, seperti disabdakan Nabi, para sahabat itu laksana bintang-bintang; kepada siapa saja kita mengikutinya, bakalan mendapat petunjuk. Kepada Handzalah, kita pantas iri dan malu. Pemuda ini menyambut seruan Rabb-nya dengan bergegas. Tanpa berpikir panjang. Tidak ditimbang untung atau rugi, berat atau ringan, senang atau susah. Semua yang datang dari Allah langsung dipatuhi Handzalah. Itulah yang namanya taat tanpa syarat. Sementara kita, sayang sekali, belum sampai pada level itu. Masih sangat jauh. Karena kita sering menawar atau menimbang lebih dulu. Jika sesuatu terlihat menguntungkan maka kita akan melakukannya. Sebaliknya jika berpotensi merugikan, maka kita menjauhi atau menolaknya. Astaghfirullah. Madinah, 29 September 2019

KEMAKSIATAN PANGKAL KEKALAHAN

Alhamdulillah hari ini saya dan rombongan dari KBIH Semen Indonesia dapat ziyarah ke Jabal Uhud, saya tak henti mengagumi kejeniusan Nabi sebagai panglima perang. Penempatan pasukan pemanah di Bukit Rumat itu benar-benar sangat brilian. Jumlah kekuatan kaum muslimin dalam Perang Uhud saat itu hanya 700 pasukan. Sebelumnya berjumlah 1.000 tentara, tapi 300 di antaranya membelot kembali ke Madinah, atas provokasi tokoh munafik Abdullah bin Ubay bin Salul. Sementara lawan yang dihadapi adalah pasukan terlatih Kafir Qurays berjumlah 3.000 tentara. Dengan komposisi seperti ini, Nabi ingin melokalisir serangan lawan hanya dari arah depan saja. Sebanyak 50 pasukan pemanah sengaja ditempatkan di atas bukit untuk mencegah datangnya serangan dari arah belakang. Instruksi Nabi kepada pasukan pemanah yang dipimpin Abdullah bin Jubair sangat jelas. Apapun yang terjadi, apakah dalam posisi unggul atau terdesak, mereka tetap dilarang menuruni bukit. Sebelum diperintahkan turun oleh Nabi. Begitulah. Perang dahsyat tak terelakkan. Perbedaan jumlah pasukan dalam jumlah besar menjadi tidak signifikan. Sebab setiap kali serangan musuh dari belakang datang mendekat, ada hujan panah dari atas bukit yang memukul mereka mundur. Adapun serangan dari arah depan mudah diatasi pasukan kaum muslimin yang terkenal militan dan lebih mencintai kematian sebagai syuhada. Babak pertama, pasukan Qurays pontang-panting. Mereka menyerah kalah dan melarikan diri meninggalkan banyak harta (ghanimah) di lembah Uhud. Kemenangan kaum muslimin sudah tampak di depan mata. Pengulangan sukses besar dalam Perang Badar tahun sebelumnya sudah terbayang di benak mereka. Pasukan di lembah Uhud bersuka cita mengumpulkan harta ghanimah yang ditinggalkan musuh. Saat melihat itu, sebagian pasukan panah di atas bukit mulai goyah. Mereka ingin turun demi ikutan berburu harta ghanimah. Peringatan Ibnu Jubair agar mereka mematuhi perintah Nabi tidak digubris. Terjadilah kekosongan pos pasukan panah di atas bukit. Khalid bin Walid (saat itu masih kafir) memimpin pasukannya kembali memutar arah, lalu merebut pos strategis Jabal Rumat yang ditinggalkan pasukan pemanah. Dengan situasi ini, maka musuh dari arah belakang bisa merangsek maju menyerang. Sementara pasukan kafir yang tadinya melarikan diri juga telah kembali lagi. Jadilah pasukan kaum muslimin terjebak di lembah Uhud. Diserang musuh dari depan dan belakang. Kaum muslimin kalah. Sebanyak 70 pasukan gugur. Sementara di pihak kafir Qurays hanya 20 pasukan yang jadi korban. Apa pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari peristiwa Uhud? Pertama, CINTA HARTA DUNIA MEMANG MELENAKAN. Ikhwal peristiwa pada Perang Uhud ini diterangkan dalam QS Ali Imran 52, "Minkum man yuridud dunya wa minkum man yuridul akhirah" (di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia, dan ada yang menghendaki akhirat). Tapi Allah Maha Pemaaf, sebagaimana dijelaskan di penghujung ayat di atas, "Wa laqad 'afa ankum". Bagaimana dikatakan bahwa Allah telah memaafkan, bukankah dalam perang ini telah menelan korban hingga 70 syuhada? Sungguh, seandainya Allah tidak memaafkan, maka bisa saja seluruh pasukan kaum muslimin saat itu dibinasakan. Kedua, KEMAKSIATAN PANGKAL KEKALAHAN. Seandainya saja pasukan pemanah itu tidak bermaksiat pada Nabi dengan tetap siaga di posnya, tentulah kemenangan ada di pihak kaum muslimin. Ketidakpatuhan mereka pada perintah komandan perang berakibat sangat fatal. Kemenangan di depan mata buyar seketika diganti kekalahan yang memilukan. Ini persis seperti dijelaskan Al-Qurthubi saat menafsirkan QS Ar-Ra'd 11, "Innallaha la yughayyiru maa bi qaumin, hatta yughayyiru maa bi anfusihim" (sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka yang mengubah keadaan mereka sendiri). Allah telah siap memberikan kemenangan pada peperangan Uhud. Tapi, ulah maksiat sebagian kecil pasukan, telah mengubah kemenangan mereka sendiri menjadi kekalahan. Semoga ini menjadi ibrah bagi kita semua. Bahwa jika kita ingin dimenangkan Allah, maka tidak ada pilihan lain, kecuali harus bersih dari maksiat kepada-Nya. Sebab pertolongan Allah (nashrullah) tidak mungkin bercampur dengan kemaksiatan kepada Allah. Madinah, 29 September 2019