Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi Memberi hormat Kepada Guru-Guru Seluruh Indonesia.

Seminar Nsional IGI Gresik

Seminar Nsional IGI Gresik, 15 Mei 2016 di Auditorium Universitas Muhamadiyah Gresik

Maulid Nabi

Maulid Nabi Muhammad SAW di SMA Negeri 1 Menganti Gresik

Kegiatan SAGUSATAB IGI GRESIK

Pelatihan Optimalisai Penggunaan TAB Samsung A8

Kegiatan SAGUSABU

Launching Buku Catatan Cinta Untuk Ibu di LPMP Jatim

Hari Guru Nasional

Foto Bersama Siswa Setelah Upacara Peringatan Hari Guru Nasional di SMAN 1 Menganti Gresik

Kemah Karakter Bangsa

Kemah Karakter Bangsa di Malang Jawa Timur

Selasa, 20 Desember 2016

Dunning-Kruger Effect: Mengapa Pandu Wijaya Dan Pemuda Lainnya Berani Menghina Gus Mus


   NLP in actionPsikologi


Lagi lagi kisah menghebohkan kembali lagi menyeruak di tengah hiruk pikuk kasus penistaan agama ahok. Bermula dari Twit KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) yang merasa prihatin saat mendengar rencana Shalat Jumat di Jalan Raya saat demo lanjutan 2 Desember 2016.
Tentu saja beragam pendapat bermunculan setelah twit Kiai Nahdlatul Ulama berumur 72 tahun itu tersebar di sosial media, tapi yang tidak disangka-sangka ada “tiga pemuda” yang entah darimana dengan arogannya menghina gusmus.
Bahkan ada yang sampai bilang “ndasmu” ke GusMus. Wahhh… ucapan yang sangat kasar meski untuk saya (yang tiap hari ngomong kasar, maklum orang surabaya ;p)
Tapi ada satu hal yang menurut saya keren dari Gus Mus, Alih alih marah dan membalasnya justru Beliau sudah memaafkannya bahkan sebelum pemuda itu memohon maaf
Ya…. kita bisa belajar kebesaran hati Gus mus
Untuk memberi tanggapan sih rasanya tidak masalah, karena itulah indahnya demokrasi dan Saya juga bukan orang yang suka memuja-muja seseorang kadang memang seseorang butuh untuk diingatkan.
Tapi bukan itu yang menjadi perhatian saya, yang membuat saya tertarik adalah kenapa pemuda – pemuda “biasa” itu sampai berani-beraninya menghina Gus Mus soal agama yang jelas-jelas merupakan seorang tokoh agama dari NU.
Sebuah kalimat yang merepresentasikan benak anda juga bukan ? .
Dan bukan hanya itu, sebenarnya ada beberapa kasus pemuda lain yang juga menghina tokoh besar bangsa, misalnya Kasus Buya Syafii Maarif.
mengapa Pemuda “biasa” itu sebegitu beraninya menghina tokoh bangsa itu, apakah mereka tidak sadar bahwa tokoh-tokoh ini sudah bertahun-tahun mempelajari agama jauh lebih lama dan lebih kompeten daripada dia?
Kenapa demikian?
Pertanyaan besar nan menguras tenaga ini terjawab oleh penelitian yang dilakukan David Dunning dan Justin Kruger pada tahun 1999. Penelitian itu berjudul “Unskilled and Unaware of it: How difficulties in recognizing one’s own incompetence lead to inflated self assesments.”
Hasil penetian ini membawa sebuah pemahaman baru tentang manusia dan segala bentuk presepsinya, sehingga tak heran penelitian ini akhirnya mendapat hadiah nobel di bidang psikologi pada tahun 2000,.dan fenomena ini dikenal oleh istilah Dunning-Kruger Effect
Yang membuat lucu karena Penelitian ini terinspirasi oleh perampok bank terbodoh sepanjang masa bernama McArthur Wheeler yang sangat over-confidence terhadap kemampuannya dan pengetahuanya terhadap cairan sari lemon
Wheeler mengetahui bahwa sari lemon bisa digunakan sebagai invisible ink atau tinta tidak terlihat dan baru bisa dilihat hanya ketika dipanaskan, sehingga dia yakin bisa membuat wajahnya tidak terekam kamera keamanan jika dia mengoleskan sari lemon ke wajahnya.
Bahkan dia juga mencoba triknya ini dengan cara mengambil selfie dengan camera polaroid miliknya, dan hasilnya luar biasa. Hasil fotonya ngeblank !! Entah kenapa demikian, antara kertas polaroidnya yang bocor, atau dia tidak bisa menggunakan kamera polaroid (Mungkin dia juga tidak sadar bahwa dia tidak kompeten dalam menggunakan kamera).
Bermodalkan trik itu,akhirnya dia merampok dua bank di Pittsburgh pada tahun 1995 dengan penuh percaya diri. “Aku akan jadi pencuri tersukses dan tercerdas yang pernah dicatat sejarah”pikir Wheeler dalam hati sambil membayangkan nikmatnya kekayaan yang melimpah ruah.
Namun tentu saja malam harinya pada hari yang sama, Wheeler ditangkap dan ketika diperiksa oleh polisi, reaksi Wheeler sangat terkejut dan masih tidak percaya bahwa rencana briliannya bisa gagal.
Cerita nyata nag menggelitik itu sampai ke telinga 2 peneliti dan menginspirasi mereka. Pertanyaan besarnya saat itu adalah “Wheller punya kepercayaan diri, tapi jelas dia tidak punya komptensi yang cukup, tapi mengapa dia begitu sangat yakin bahwa dia kan sukses“
Sama seperti kasus diatas, pemuda biasa itu punya kepercayan diri, tapi jelas dia tidak punya kompetensi yang cukup dibandingkan dengan Gus Mus, tapi mengapa dia begitu berani untuk menghina Kiai besar tersebut ??
Dari proses yang panjang penelitian itu, akhirnya terjawab sudah pertanyaannya. Ternyata seringkali orang yang tidak kompeten mengalami bias kognitif sehingga tidak bisa menilai secara akurat kompetensi sesungguhnya dari mereka.
Sebegitu bodohnya mereka sampai mereka tidak kompeten untuk menilai kemampuan mereka sendiri. Karena itu akhirnya membuat mereka sangat percaya diri dan menganggap bahwa dirinya lebih baik dan lebih hebat daripada orang lain pada umumnya. Bahasa surabayanya mungkin “kementus”
dunning-kruger
Sumber: http://humancapitaljournal.com/data/wp-content/uploads/2014/10/Dunning-kruger.jpg
Dari grafik diatas, anda bisa melihat dengan terang benderang, bahwa justru orang yang tidak punya pengalaman (Kompetensi) mempunyai tingkat kepedean yang tinggi.
Tapi semakin dia mulai belajar dan berpengalaman maka berangsur angsur kepercayaan dirinya akan semakin menurun karena menyadari bahwa dia tidak sekompeten itu. “Susah ternyata mas !”
Sama persis seperti kasus pemuda-pemuda yang sering menghina tokoh-tokoh besar di facebook, twitter dan sosmed lainnya. Sebegitu bodohnya mereka sehingga mereka over estimate terhadap kompetensinya dan kelebihannya.
Sebuah realita yang cukup mengecewakan, tapi yaaaaa beginilah hidup
Dunning Kruger Effect: When Someone Is So Incompetent That They Believe They Are Exceptionally Skilled

Dunning-kruger Effect dalam kehidupan sehari-hari: Antara Indonesian Idol, Komentator Sepakbola, dan Demo mahasiswa

Dalam kehidupan sehari hari, kita sering melihat banyak kasus dunning-kruger effect ini, kasus paling gampang nan menghibur adalah kasus Indonesian Idol dan ajang pencarian bakat lainnya.
Anda perhatikan, entah mengapa disetiap sesi indonesian idol selalu ada orang-orang yang jelas suaranya kacau balau sampai memecahkan gendang telinga namun tetap dengan pede mengikuti indonesian idol.
Dia yang suaranya jelek justru tidak pernah menyadari kejelekan suaranya, dan begitu kecewa ketika ditolak Bahkan sebagian malah marah besar ketika dia ditolak.
Saya sering menemui orang yang kecewa berat gara-gara timnas sepakbola kita kalah. Kemudian mereka menggoblok-goblokan pemain yang kurang lihai, kurang ada tenaganya, hingga sang pelatihnya pun tak luput untuk di “goblok-goblokan”
Dalam hati saya berkata “halaaahhh, tanding futsal antar kampung aja belum tentu menang kok pake ngata-ngatain timnas kita yang jelas jelas lebih hebat dari dia”. Kemudian saya senyum senyum sendiri begitu sadar mungkin mereka sedang terkena Dunning-Kruger Effect
Ahhh tiba-tiba saya jadi teringat beberapa tahun lalu saat masih aktif di organisasi kampus. Ada teman saya yang ikutan demo dan menjelek-jelekkan pemerintah saat itu “Dasar bodoh, tidak becus mengurus negara” Teriak dia penuh semangat saat berorasi.
Dalam hati saya ketawa, boleh sih demo karena itu bagian demokrasi tapi kalau sampai berkata kasar gitu apa tidak sadar diri, lah wong dia ngurus organisasi sekecil kampus aja gak becus pake membodoh-bodohkan pemerintahh yang harus ngurus satu negara -__-. Lagi lagi Dunning-Kruger Effect everywehere
Mungkin bawahan yang sering ngomel-ngomel terhadap kebijakan anda jangan-jangan juga terkena Dunning-Kruger Effect atau, malahan jangan-jangan anda sendiri yang terkena Dunning Kruger Effect, gara-gara sering ngatain bos gak becus ngurus perusahaan. Lah anda sendiri sampai sekarang masih jadi karyawan kok,  beda dengan bos anda yang sudah punya perusahaan, jangan jangan anda tidak sekompeten yang anda pikirkan
Guys, Dunning-Krugger is everywhere ðŸ™‚
https://cdn.meme.am/instances/500x/63587824

Cara Supaya Terhindar Dari Dunning Kruger Effect

Ada satu berita bagus untuk anda, karena dengan cerdiknya anda saat ini membaca artikel diblog teknologi pikiran bahkan mendownload ebook gratis yang disediakan, sehingga membuat anda lebih sadar terhadap fenomena ini dan fenomena lainnya, misalnya apa yang terjadi dengan kasus ahok .
Suatu saat ketika anda mulai merasa sudah menjadi master dan mumpuni dalam sebuah kompetensi dan sampai ada keinginan untuk menjelek-jelekan orang lain mungkin saat itu juga anda sedang terjangkit Dunning kruger effect
Enggak, saya gak mau jadi orang yang sok tahu, saya tidak mau keliatan kementus
Bagaimana cara menghindarinya ?
Santai… rilekss
Beruntungnya, dalam hasil penelitannya juga, Dunning – Kruger menyatakan bahwa orang yang tidak kompeten akan mengenali dan mengakui kekurangannya bila mereka mengikuti training terkait keahlian tersebut lebih dalam lagi.
Anda bisa lihat di grafik diatas bahwa ternyata semakin anda terus belajar dan menambah wawasan ada, maka penilaian anda terhadap kompetensi anda akan semakin tepat dan akurat.
Teruslah mengasah kompetensi anda, pelajari apapun itu yang membuat wawasan anda  bertambah luas dan ketrampilan anda semakin cetar membahana
Contohnya, Bagi anda yang sudah merasa puas dengan skill menjual, jangan pernah merasa hebat dan jumawa karena mungkin saat itulah anda sebenarnya terkena Dunning-Kruger Effect. Alih-alih merasa puas, teruslah belajar banyak hal baru lainnya, seperti Belajar Hypnoselling (yang kebetulan caranya bisa anda lihat diblog ini juga).
Menariknya, meskipun banyak alumni kami yang sudah mempunyai pengalaman bertahun-tahun menjual tapi tetap saja menemukan banyak hal baru. Alumni kami jadi mengerti struktur penjualan dengan jelas, mengetahui cara kerja pikiran manusia sehingga bisa ditembus dengan sangat mudah, mengerti secara psikologi mengapa sebuah teknik penjualan bisa efektif untuk digunakan  sehingga alih-alih menggunakannya secara membabi buta, banyak alumni kami yang secara sadar menggunakan setiap teknik, karena sudah tahu caranya.
Ujung-ujungnya tingkat penjualan semakin melejit. Kabar terakhir bahkan ada alumni peserta yang baru saja dealing 2 Milyar, gilaaa !!! *alumni pasti tahu siapakah dia
Akhirnya dengan memahami fenomena Dunning-Kruger Effect ini makna Pribahasa “Kejarlah lmu sampai ke negeri cina” menjadi semakin dalam bagi kita, tidak lain tidak bukan supaya kita tidak terjebak dalam ilusi ini.
Akhirnya kita juga sadar bahwa pemahaman ini membuktikan kearifan-kearifan lokal budaya kita yang tercemin dalam setiap peribahasa seperti “Tong kosong nyaring bunyinya”, atau“orang itu seperti padi, semakin berisi biasanya semakin merunduk”
Di akhir artikel saya ingin mengutip kata William Shakespeare yang legendaris,
dalam dramanya berjudul As You Like It dia pernah berkata bahwa,
“orang bodoh merasa dirinya bijak, tapi orang bijak merasa dirinya bodoh.”
Ya.. mungkin memang seperti itu adanya.

Salam terbaik untuk anda
Human mind Specialist

Zain ambi


Sumber : Teknologipikiran.com

Filter Bubble Effect : Bahaya Algoritma Facebook Yang Membuat Anda Semakin Fanatik Dan Rasis





            
            Masih tebal ingatan saya waktu harus bekerja keras menghemat uang jajan hanya untuk ke warnet dekat sekolah.Sama seperti sebagian besar dari anda, beberapa tahun silam internet adalah barang mewah bagi kebanyakan orang. Saya sumringah bukan main saat menghabiskan waktu di warnet meski hanya untuk ngobrol via MIRC dengan orang yang gak dikenal (pasti anda juga senyum-senyum sendiri waktu dengar kata MIRC)
MIRC tentu saja booming, tapi masih ada lagi bapak sosial media yang juga hits banget saat itu yaitu “friendster”. Bayangkan saja, setiap kali ketemu orang selalu yang ditanyakan adalah “id Friendster kamu apa ?” dan dengan bangga saya menajawab Id saya “Zain Ambi Sang Mentalist” (maklum dulu masih tergila-gila dengan seni misteri itu,)
Setidaknya dengan selalu mengingat Friendster, kita jadi menyadari bahwa dulu kita pernah alay juga :p. Jadi apa nama Id Friendster kamu?

*sengaja saya beri jeda, untuk mengingat-ingat nama alay Friendster anda dulu ðŸ™‚

Jaman pun berubah sehingga kian lama internet tidak lagi sebuah barang mewah tapi sudah menjadi kebutuhan. Sebegitu pentingnya, konon katanya kita butuh 4 hal yaitu Harta, Tahta, Wanita, dan Paket Data. Nyaris Semua orang punya akun sosmed, kita bisa bertemu dengan teman lama yang hilang entah kemana juga lewat facebook kan?
Sepertinya ini perubahan yang menggembirakan, iya kan?
Semua bisa kita dapat dari internet. Saya pertama kali belajar hypnosis hingga nyemplung ke dunia hypnosis, NLP dan teknologi pikiran lainnya juga berawal dari bergabung di sebuah forum online. Dan forum itu juga yang kemudian menginspirasi saya untuk membuat blog ini. Mau tahu bagaimana? Banyak hal yang bisa dipelajari hanya dengan mengandalkan beberapa klik di mbah google. Bahkan saya tahu fenonema Dunning Kruger Effect pun bukan dari textbook waktu kuliah tapi dari jurnal yang saya donwload dari internet. Sehingga pada akhirnya terciptalah artikel tentang Dunning Kruger yang viral hingga dishare lebih dari 800 orang (jumlah share yang lumayan mengingat umur blog ini yang belum sampai 1,5 bulan),
Saya sendiri cukup kaget bercampur senang melihatnya dan lagi-lagi tidak bisa dipungkiri bahwa semua karena internet bung !! Hail Internet !!
Tapi akhir-akhir ini saya mulai menyadari suatu hal. Ternyata internet dan sosial media tidak sebaik yang kita kira. Bak pedang bermata dua, selain dampak positif yang aduhai ternyata ada juga dampak negatif internet yang begitu mengerikan. Parahnya hal negatif ini tidak kita sadari. Dan ini saya sebut dengan KUTUKAN FACEBOOK!!
Sebenarnya ini tidak hanya terjadi di jejaring sosial facebook, sebagian besar situs lainnya juga begitu. Tapi entah kenapa dampaknya lebih kentara di facebook yang akan saya paparkan sebentar lagi.
Kutukan Facebook ini akhirnya menjawab pertanyaan besar yang sering muncul di pikiran saya belakangan tentang beberapa hal seperti mengapa di facebook para penggunanya semakin banyak yang fanatik, entah itu fanatik ke kiri atau ke kanan. Kita semakin terdistract terbagi menjadi dua pihak dengan begitu jelas
Dan kutukan Facebook itu dikarenakan oleh algoritma facebook
algoritm
Fenomena ini dikenal dengan namaFilter Buble Effect yang digalakkan oleh aktivits internet nan cerdas bernama Eli Pariser di tahun 2011. Ia juga menerbitkan buku yang viral dengan judul yang sama “The Filter Bubble: How the New Personalized Web Is Changing What We Read and How We Think”
Saya akan buat penjelasannya menjadi sederhana guys,
Pernah tidak, anda penasaran atau sejenak berpikir mengapa iklan yang muncul saat anda membuka internet hampir sebagian besar sesuai dengan minat anda? Entah saat membuka facebook, google, atau bahkan random website selalu muncul iklan yang sesuai dengan minat, history pencarian, dan riwayat klik anda.
Semisal anda pernah buka situs traveling seperti traveloka untuk mencari hotel. Kemudian entah kenapa ketika anda membuka facebook, iklan hotel yang pernah anda cari muncul di facebook anda. Sering menemui hal serupa?
Ya, hal itu wajar ditemui karena semenjak Desember 2009 Google sudah merubah algoritmanya dan kemudian diikuti sebagian besar situs terkenal termasuk Facebook.
Saat ini sebagian besar situs sudah mengubah algoritma isian konten halaman yang tadinya berdasarkan Timeline (Waktu) menjadi algoritma yang berdasarkan histori aktifitas masa lalu pengguna. Sehingga yang muncul pertama kali bukan postingan terdahulu sesuai dengan waktu melainkan sesuai dengan minat dan histori pengguna.
Artinya.. Agar bisa menampilkan data sesuai dengan minat anda maka sebuah algoritma situs akan mengumpulkan informasi tentang pengguna seperti lokasi, riwayat klik, riwayat like, riwayat komentar, riwayat pencarian dan seluruh riwayat anda di internet mulai dari pandangan politik, barang yang anda search di lazada sampai pelatihan NLP terbaik apa yang anda cari (Misal anda bisa menemukan pelatihan terbaik disini )
Akibatnya, muncul iklan-iklan yang sesuai dengan histori anda. Terjadi perlombaan yang begitu masif untuk mengkoleksi sebanyak mungkin data personal kita dengan tujuan agar kedepan data yang ditampilkan sesuai dengan minat kita.
Sudah bisa membayangkan? nah, dengan begini maka data personal anda bisa menjadi bahan yang berharga seperti tahta berlian kalau dijual ke media periklanan. Semua demi menghasilkan iklan yang jauh lebih efektif. Dan bagi anda yang sudah tahu, saat ini cara-cara seperti itu sudah biasa terjadi.
Kalau dilihat dari sisi pengguna (pada awalnya) memang ini hal yang bagus sebab akan langsung efektif mengarahkan kita ke hasil yang kita mau. Bisa anda bayangkan saat ini milyaran informasi tersebar di internet sehingga terkadang walau kita memakai keyword pencarian yang benar, tetap dibutuhkan waktu yang lama untuk mencari data yang kita mau dan sesuai dengan yang kita inginkan .
Kembali lagi, karena algoritma tersebut maka sebuah situs secara otomatis akan cenderung untuk menampilkan informasi yang ingin kita lihat berdasarkan asumsi algoritma tadi.

Tapi, Di sisi lain tersimpan efek yang begitu mengerikan.

Yang sering tidak anda sadari (sebelum membaca artikel ini) adalah karena algoritma penyaringan ini pengguna menjadi terpisah dari informasi yang tidak selaras dengan pandangan mereka. Anda akan hidup dalam dunia anda sendiri yang sesuai dengan pandangan anda. Pariser menyebut ini dengan “The Filter Buble”
Ya seperti bubble yang tidak terlihat, jadi algoritma ini menciptakan sebuah gelembung tak terlihat yang memisahkan kita dari pandangan yang kontradiktif dengan sudut pandang kita. Gelembung ini menyebabkan kita terisolasi secara intelektual.
Google, Facebook dan berbagai situs lain akan cenderung memberikan informasi yang familiar, menyenangkan dan mengkonfirmasi kepercayaan utama kita. Sehingga kepercayaan awal kita semakin dibuai dan dimanja dengan berbagai hal hingga semakin kuat pula pada akhirnya. Akibatnya yang pro semakin pro dan yang kontra menjadi semakin kontra.
penjara filter buble effectSebegitu tidak terlihatnya “penjara buble” ini hingga kita tidak tahu apa yang disembunyikan oleh kita. Minat awal, pandangan awal dan masa lalu kita akan menentukan hal apa yang kita temui di sebuah situs pada masa depan.
Sehingga hanya tersedia sedikit ruang bagi pandangan baru untuk muncul dan kemudian kebebasan bertukar ide menjadi tersudutkan, padahal hal ini penting mengingat masyarakat dunia yang semakin manjemuk
Supaya lebih jelas saya tunjukkan ilustrasinya:




1. Harusnya seperti inilah internet, anda berada di tengah-tengah jutaan informasi yang beragam Baik yang anda diminati atau tidak, sepakat maupun bertentangan dengan pandangan anda
2. Lalu karena cara kerja filter algoritma, anda secara otomatis disodori informasi yang memang anda suka (berdasarkan histori anda). Awalnya memang akan memudahkan tapi tanpa disadari (karena anda tidak sadar sedang di filter) tercipta sebuah gelembung tak terlihat yang memisahkan anda dari pendapat-pendapat diluar pendapat utama atau prior belief anda
2. Lalu karena cara kerja filter algoritma, anda secara otomatis disodori informasi yang memang anda suka (berdasarkan histori anda). Awalnya memang akan memudahkan tapi tanpa disadari (karena anda tidak sadar sedang di filter) tercipta sebuah gelembung tak terlihat yang memisahkan anda dari pendapat-pendapat diluar pendapat utama atau prior belief anda
3. Ujung- ujungnya, anda merasa memiliki pemahaman yang paling benar sendiri, fanatik dan bebal terhadap kritik .Tercipta sebuah ilusi sedemikian rupa karena anda memang hanya bisa melihat informasi yang mendukung belief awal, disodori dan disuapi opini yang pro belief utama anda.

Dan karena tertutup oleh gelembung tadi maka anda tidak bisa melihat informasi lain.
Pandangan yang bertentangan menjadi semakin dijauhkan bahkan meskipun ada artikel yang bagus, konstruktif dan mengkritik pandangan awal anda namun tidak akan sampai kenewsfeed anda sehingga akibatnya timbul pemikiran “pokoknya pandangan saya paling benar”
Sehingga misal seseorang disuatu waktu suka sekali mengklik berita tentang hebatnya ajaran radikal dengan segala kelebihan dan kebenarannya (menurut dia) maka ke depan mesin-mesin facebook, google dan lainnya akan menyuguhkan informasi tentang kehebatan ajaran radikal dan tidak adilnya sistem yang sudah berjalan.
Semua informasi yang bertentangan akan sengaja disembunyikan oleh algoritma itu karena dianggap tidak penting. Semua itu mengakibatkan seseorang menjadi semakin teguh dan percaya bahwa ajaran radikal itu benar adanya.
Oh iya! Kebetulan baru saja terjadi kasus yang mirip sekali dengan yang saya contohkan.
Dian Yulia Novi, tersangka kasus Bom Panci mengaku dalam sebuah wawancara bahwa dia mengenal radikalisme dimulai dari facebook guys.. Iyaa dari Facebook !! persis seperti yang saya katakan tadi kan?
Dan kemudian dia menjadi semakin radikal karena Filter Bubble Effect ini
Dalam Ilmu Neuro Linguistic Programming (NLP) ada satu presuposisi (asumsi dasar) bahwa People Make The Best Choices Available To Them (Manusia membuat keputusan sesuai dengan pilihan yang tersedia).  Sehingga dengan memahami pernyataan tadi, tidak heran kalau saati ini banyak orang  lebih suka membuat keputusan perilaku untuk membenci orang lain yang berpandangan tidak sama, ya karena pilihan yang tersedia di dunianya (Baca: sosmed dan internet) penuh kebencian !!
Filter buble effect juga bisa bekerja dengan cara lain, misal saat ini sedang hangat isu ahok maka di newsfeed anda muncul beberapa berita tentang Ahok baik pro dan kontra, kemudian anda menjadi tergoda untuk mengklik, mereview, memberikan komentar, dan mencari di google tentang Ahok.
Histori itu akan membuat algoritma facebook beranggapan bahwa berita Ahok itu penting dan sesuai dengan minat anda akibatnya berita-berita lain di luar itu akan sengaja dihilangkan oleh facebook dan google!
Akhirnya anda hanya membaca dan mengklik berita itu-itu saja. Ujung-ujungnya anda merasa bahwa negeri ini penuh dengan kebencian, perbedaan yang tidak bisa dikompromikan, hanya tentang aku dengan segala argumenku yang maha benar !.
Dan karena hanya mengklik yang itu-itu saja google dan facebook pun menganggap bahwwa kasus ini sesuai dengan minat dan sangat penting buat anda, sehingga terus ditampilkan di newsfeed anda, ujung-ujungnya itu pun menjadi viral. Kemudian orang lain pun melakukan proses yang sama, timbul efek bola salju yang membuat negeri kita semakin panas.
Seolah-olah tidak ada berita lain padahal kalau anda cek di koran masih banyak berita lain di Indonesia yang menggembirakan misalnya Mobil Listrik Karya Anak Bangsa Yang berhasil Cicipi Lintasan Sirkuit Ferrari.
Tapi kenapa di halaman facebook anda tidak terlihat berita itu? malah lebih banyak kasus ahok? yaaa kita semua terkena filter bubble effect.
Sayangnya, kebanyakan orang (apalagi di Indonesia) tidak menyadari adanya filter ini. Mereka tidak menyadari bahwa mungkin selama ini cara kita berpikir, melihat, dan merasakan dikendalikan oleh sebuah algoritma. Kita semua tidak tahu kalau sedang diisolasi !.
Seandainya pun tahu, seperti anda yang sudah membaca artikel dari blog ini tetap saja yang menjadi permasalahan selanjutnya adalah ketidaktahuan cara mengontol agar tidak terisolasi dan tidak terkena filter buble effect.
Meskipun anda sudah menekan tombol untuk “delete history and cookies” namun tetap saja akan kesulitan untuk mengambil kontrol. Hal itu disebabkan karena kompleksitas algoritma itu dan penjelasan bagaimana algoritma itu bekerja (google masih merahasiakan bagaiamana algoritmanya bekerja).
Ini fenomena yang membuat bulu kuduk berdiri, karena berdasarkan penelitian terbaru saat ini masyarakat dunia (juga masyarakat indonesia ) lebih banyak mendapatkan berita dari sosial media dan internet dibandingkan media lain seperti koran dan televisi (anda bisa cek disini). Ditambah semakin menjamurnya berita-berita hoax yang seringkali dijadikan bahan rujukan orang yang fanatik dan rasis.
Akhirnya, di titik ini mungkin benar perkataan gadis remaja yang viral beberapa saat lalu yaitu untuk berpuasadari sosial media dan internet selama 10 hari agar pikiran dan perasan kita menjadi lebih netral serta tenang.
Sekali lagi, mungkin kita bisa lebih membuka pikiran untuk berbagai pendapat dan ide-ide baru yang mungkin bertentangan dengan pendapat awal kita. Bukankah “ Pikiran kita ibarat parasut yang hanya berfungsi ketika terbuka?” 
Selamat Pagi Guys, semoga hari ini jadi hari yang menyenangkan
Salam Terbaik Untuk Anda
Human Minds Specialist
Sumber : Teknologipikiran.com